Selasa, 26 April 2011

Cara Schalke Kalahkan Manchester United


Manchester: Saat menyingkirkan Valencia di babak 16 besar Liga Champions, Schalke 04 masih tetap tak diperhitungkan. Mereka hanya beruntung bisa lolos ke perempat-final. Di babak berikutnya, juara bertahan Inter Milan sudah menunggu. Namun, yang terjadi sungguh di luar dugaan. Siapa menyangka Inter yang begitu perkasa dihabisi Schalke 5-2 di kandang sendiri. Mereka melengkapi kemenangan 2-1 pada laga kedua.

Sukses melaju ke semi-final dengan menyingkirkan Inter menjadikan die Konigsblauen tak bisa diremehkan. Dan, sebuah kesalahan fatal bila Manchester United menganggap enteng Schalke.

Schalke memang sudah lebih dari setengah abad atau tepatnya 53 tahun tak memenangi Bundesliga Jerman. Pencapaian terbaik die Konigsblauen di Liga Champions saat menembus perempat-final pada 2007. Sukses tertinggi mereka hanya menjadi juara Piala UEFA 2007.

Namun, seperti ditulis Goal.com, spirit bertarung di kompetisi Eropa bisa menjadi ancaman bagi United. Ada beberapa hal yang menjadi kekuatan Schalke untuk menjungkalkan the Red Devils.

Keuntungan Tak Difavoritkan

Keuntungan sebagai tim yang tidak diperhitungkan sungguh di luar perkiraan. Schalke jelas diuntungkan dibandingkan United yang jauh difavoritkan. Akibatnya, United mendapat tekanan berat untuk menang. Bursa tetap menempatkan mereka sebagai unggulan meski rekor buruk United kala bertemu tim-tim Bundesliga.

Sebaliknya, Schalke benar-benar tampil tanpa beban. Mereka nothing to lose dan bisa bermain lepas. Terutama bagi pemain yang sebelumnya tenggelam dari hiruk-pikuk bintang-bintang sepakbola di klub-klub raksasa.

Tahun lalu, siapa yang tahu kualitas Kyriakos Papadopoulos dan Atsuto Uchida. Kini, mereka berkembang pesat dan siap memaksimalkan kesempatan berlaga di kompetisi terbesar Eropa.

Kejeniusan Ralf Rangnick

Pergantian mulus dari pelatih Felix Magath kepada Ralf Rangnick. Magath membawa Schalke ke perempat-final dan Rangnick ke empat besar. Pendekatan keduanya dalam melatih memang berbeda. Tapi hasilnya sama: sukses di kompetisi Eropa.

Rangnick konsisten dengan skema 4-4-2. Namun, formasi itu tidak kaku. Raul Gonzalez bisa memiliki kesempatan untuk melapis pertahanan dengan bermain lebih di dalam. Sementara, pemain sayap diberi kebebasan untuk bermain di tengah.

Sulit untuk membeberkan karakteristik pola bermain dari tim Rangnick. Dia bukan pelatih yang dogmatis, tapi cenderung pragmatis karena membangun tim berdasarkan personel yang ada. Dalam hal ini, ia memang mirip dengan manajer United, Sir Alex Ferguson.

Rangnick memainkan sepakbola menyerang. Ini sangat terlihat saat mereka menang 5-2 di Giuseppe Meazza. Mereka bermain menyerang. Bahkan, pemain tengah yang diturunkan Rangnick memiliki karakter menyerang. Gelandang serang Jose Manuel Jurado diposisikan sebagai gelandang bertahan. Untuk menghadapi Wesley Sneijder, cukup Papadopoulos yang ditugaskan.

Selain itu, Alexander Baumjohann dan Jefferson Farfan kerap berpindah posisi. Ini memaksa Javier Zanetti untuk fokus pada pertahanan.

Pertahanan yang Solid

Tim Rangnick memang agresif. Tapi salah besar bila menyebut Schalke hanya mampu menyerang. Mereka memiliki keseimbangan karena pertahanan yang solid.

Terbukti, Samuel Eto'o tak mampu membuat gol selama 180 menit. Tak ada tim lawan yang bisa melakukannya kecuali Schalke. Pemain belakang Schalke memang bukan yang terbesar. Tapi rekor berbicara bagaimana kualitas mereka.

Kekuatan utama di lini belakang tak lain kiper Manuel Neuer. Dia tidak takut mengambil resiko untuk meninggalkan gawang. Namun, perhitungannya selalu tepat. Kecepatan dan kemampuannya mengantisipasi bola silang juga sangat bagus. Raul adalah tambahan kekuatan di lini belakang dan Neuer yang tengah diincar United adalah pilar penting di lini belakang.

Kebugaran

Aspek terakhir yang tidak kalah penting bagi Schalke untuk membawa mereka ke level berikutnya adalah kebugaran. Meski pemain menderita karena latihan keras Magath, namun mereka menyadari metode itu memberi dampak bagus.

Pemain selalu berada dalam kondisi tetap bugar. Bahkan, Raul yang sudah berusia 33 menyatakan dia justru merasa dalam kondisi terbaik saat ini.

Dengan stamina yang tetap prima, buntutnya tim-tim lawan sempat curiga. Bahkan presiden Lyon Jean-Michel Aulas menuding pemain Schalke menggunakan doping.

Pasalnya, mereka tak mengenal lelah bergerak ke setiap sudut lapangan. United terbiasa dengan sepakbola yang tak berhenti bergerak ala Liga Primer Inggris. Namun, mereka harus mempersiapkan diri lebih baik lagi bila ingin menghadapi Schalke.

Menarik untuk disimak, apakah kejuatan Schalke di Liga Champion musim ini akan terus berlanjut? Apakah tuah Raul Gonzales sebagai salah satu pemain bersejarah di Liga Champions terus berlanjut? Apakah MU akan menjadi korban berikutnya? Yup, menarik untuk disimak dalam 2 laga semifinal nanti, leg 1 dan leg 2. Namun yang pasti, MU adalah tim yang matang dan memiliki track record stabil di Liga Champions dalam 10 tahun terakhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar