Tana Toraja di Sulawesi Selatan sejak lama dikenal
dengan budayanya yang unik, terutama prosesi pemakaman. Sebuah pesta
besar wajib dilakukan untuk menghormati mendiang. Dana yang dihabiskan
pun bisa sampai miliaran rupiah.
Seperti yang disaksikan
merdeka.com, Jumat (28/12) lalu. Saat itu, keluarga besar Tallulembang
menggelar upacara pemakaman. Salah satu kerabat keluarga ini ada yang
meninggal sejak beberapa bulan lalu.
Di Toraja, keluarga
Tallulembang merupakan salah satu yang terpandang. Sesuai adat, mereka
wajib menggelar upacara pemakaman yang disebut Rambu Solo. Meski upacara
pemakaman, suasananya, tidak diliputi kesedihan malah lebih mirip
seperti pesta besar. Semua anggota keluarga besar hadir, demikian juga
para kerabat jauh yang jumlahnya ratusan orang.
Mereka kompak
berpakaian hitam-hitam, sedangkan para pria ada yang berpakaian warna
lain, tapi tetap mengenakan sarung berwarna hitam polos.
Upacara
dimulai dengan penyembelihan kerbau. Beberapa ekor kerbau hitam yang
telah disiapkan disembelih dengan cara ditebas lehernya.
Yang
menarik, ada kerbau belang (tedong bonga) yang dihadirkan dalam upacara.
Ketika itu, ada empat ekor kerbau belang putih-hitam dan lima ekor
kerbau hitam yang kulitnya mengkilat.
Julius, salah satu kerabat
keluarga kebagian menjaga salah satu kerbau belang itu. "Yang ini
harganya Rp 670 juta," kata dia menunjukkan kerbau belang yang paling
besar.
"Sama dengan mobil Alphard ini harganya," cetus Julius.
Sementara
tiga kerbau lainnya, lanjut Julius, berharga, Rp 400 jutaan hingga Rp
200 jutaan. "Yang paling mahal ini karena warna dasarnya putih dan dia
belang hitam. Sedangkan yang lain itu, warna dasarnya hitam dan
belangnya putih," tuturnya.
Semakin besar ukuran kerbau dan corak
belangnya semakin bagus, maka harganya semakin mahal. "Kerbau ini
memang dipelihara khusus untuk acara-acara seperti ini. Ada
pedagangnya," kata Julius.
Dia menjelaskan, untuk kerbau putih
dengan belang hitam, dijuluki saleko. Sementara untuk kerbau hitam
dengan belang putih dijuluki bonga. Dan untuk kerbau yang berwarna hitam
semua dijuluki pudu.
Nah, untuk kerbau-kerbau yang lebih mahal
dari harga mobil ini, ternyata tidak disembelih. Dalam prosesi upacara
Rambu Solo, kerbau belang itu, akan disumbangkan. "Karena keluarga besar
yang meninggal beragama Kristen, kerbau ini disumbangkan kepada
gereja," kata Julius.
Oleh gereja, kerbau-kerbau itu akan
dilelang kepada pembeli dengan harga tertinggi. "Hasil lelang, 75 persen
untuk pihak gereja. Sisanya 25 persen dikembalikan untuk keluarga
pemilik kerbau," imbuh Julius.
Selain kerbau, puluhan ekor babi
juga disiapkan dalam upacara ini. Babi-babi tersebut akan disembelih
untuk makanan selama pesta. Karena untuk kebutuhan pesta, ukuran babi
pun yang cukup besar dan harganya berkisar antara Rp 3 juta hingga Rp 7
juta.
"Harga babi naik mulai bulan September sampai Desember karena banyak upacara seperti ini," kata Julius.
Dengan
biaya yang mahal, upacara Rambu Solo tidak digelar oleh setiap keluarga
di Toraja. Biasanya, hanya orang-orang kaya atau keturunan bangsawan
saja yang mampu menggelar acara ini.
Julius menambahkan, jenazah
orang Toraja yang meninggal tidak dimakamkan atau dikubur. Biasanya,
mereka diawetkan terlebih dahulu. Jenazah kemudian dibawa ke gua batu di
atas gunung atau liang-liang batu dan diletakkan dalam peti terbuka
atau diletakkan begitu saja. "Ada juga yang disimpan di rumah-rumah adat
yang dibangun di depan rumah masing-masing," jelasnya.
Puncak
acara ini biasanya ditutup dengan adu kerbau. Dua ekor kerbau petarung
berhadapan di sebuah lapangan. Siang itu, Menko Kesra Agung Laksono,
Gubernur Sulawesi Selatan Sahrul Yasin Limpo, dan beberapa gubernur dan
wakil gubernur yang merupakan peserta rapat kerja Asosiasi Pemerintahan
Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) yang menggelar pertemuan di Tana
Toraja, menyaksikan upacara Rambu Solo.
Dua kerbau bernama Panter
dan Naruto berhadap-hadapan. Setelah bertarung sekitar 15 menit, saling
menyerang dan beradu tanduk, Panter, kerbau hitam petarung berusia 10
tahun menang. Naruto lari terbirit-birit, menyerah dengan luka terkena
tanduk di wajahnya. Penonton pun bersorak karena kerbau yang didukungnya
menang.
"Taruhannya bisa puluhan juta rupiah. Panter itu, sudah
sering menang beberapa kali," kata Johanes, salah satu warga Toraja yang
gemar menyaksikan adu kerbau saat pesta Rambu Solo.Sumber: Merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar